Oleh: Amelia Zulfitriani*
Tepat pada Kamis (20/05/2021), baik Palestina dan Israel telah menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang menjadi kabar baik bagi masyarakat Palestina dan sekaligus mengakhiri aksi saling serang yang telah berlangsung selama 11 hari di jalur Gaza semenjak Ramadan lalu (Kompas.com). Karenanya situasi di Gaza saat ini termaksud kondusif dan damai dari serangan brutal zionis Israel. Menurut laporan dari Reuters (21/05/2021) masyarakat di jalur Gaza turun ke jalan pada Jum’at dini hari waktu Gaza untuk merayakan kemenangan atas kesepakatan Gaza. Pekikan takbir dan pujian-pujian kepada Allah SWT terus dilantunkan dari lisan rakyat Palestina. Seluruh dunia yang mendukung palestina pun ikut berbahagia atas kemenangan Palestina ini. Seluruh umat Islam di berbagai penjuru bersama mengirimkan semangat dan ruhiyah-nya kepada saudara-saudari kita di Palestina dan sama-sama merayakan kebahagiaan atas rakyat Palestina.
Namun demikian, gencatan senjata antara kelompok Hamas di Palestina dan zionis Israel diwarnai aksi saling klaim kemenangan dari kedua belah pihak. (CNNINDONESIA.COM) Dilansir dari Associated Press, Jumat (21/5), Al-Hayya menyebut Israel gagal menghancurkan infrastruktur tempur Hamas. Dia menyatakan para milisi Hamas saat ini masih siaga di sejumlah terowongan. Karenanya para penduduk Gaza menyambut kesepakatan itu dengan perasaan gembira atas kemenangan mereka. Sedangkan Israel menyatakan bahwa kampanye udara mereka telah mencapai hasil memuaskan yang mana beberapa di antaranya belum pernah terjadi termaksud wilayah yang di blokade Israel sejak 2007 atau yang dipimpin Hamas. Kabinet Israel mengumumkan bahwa gencatan senjata ini mulanya diusulkan oleh Mesir dan akan berlaku tanpa syarat “mutual” (CNNINDONESIA.COM).
Gencatan senjata antara Palestina dan Israel merupakan desakan dari presiden Amerika Serikat Joe Biden dan menyerukan “penurunan signifikan”, atas konflik di Jalur Gaza ke Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berluma dari tawaran Mesir,Qatar dan PBB. Setelah peristiwa gencatan senjata tersebut, setidaknya tercatat 232 orang tewas, 65 di antaranya ialah anak-anak, dan 1.900 penduduk jalur Gaza mengalami luka-luka akibat insiden serangan brutal Zionis Israel selama 11 hari lalu. (CNNINDONESIA.COM).
Meski begitu, sejak peristiwa serangan brutal tentara Zionis terhadap rakyat Palestina di jalur Gaza beberapa waktu lalu, hampir seluruh kaum muslimin berkumpul dan bersatu untuk membantu rakyat Palestina. Banyak di antaranya yang melakukan penggalangan dana, sumbangan harta benda yang tak terhitung jumlahnya bahkan melakukan sejumlah aksi bela Palestina disejumlah wilayah termaksud di Indonesia. Berbagai dukungan moril dan kemanusiaan dikerahkan kaum muslimin demi dapat membantu dan meringankan beban saudara saudarinya di Palestina. Sejumlah dari mereka bahkan rela menjadi relawan dan membantu rakyat palestina di jalur Gaza.
Kesadaran dan persatuan kaum muslimin akan penderitaan Palestina tentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Berbagai upaya kecil maupun besar sudah menjadi bukti betapa kaum muslimin saling terikat, mencintai dan melindungi satu sama lain. Sebab kaum muslimin itu bagaikan satu tubuh yang tidak dapat dipisahkan. Apabila satu anggota tubuh terluka maka tubuh yang lain akan merasakan jua. Karena eratnya kesatuan sesama kaum Muslim ini, Rasulullah bersabda, ”Perumpamaan orang-orang beriman yang saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, penderitaan rakyat Palestina merupakan masalah besar bagi kaum muslimin. Masalah ini harus segera diselesaikan dan ditemukan solusinya, agar kaum muslimin seluruhnya tidak menderita kesakitan dan ketidakberdayaan atas penderitaan muslim Palestina.
Nabi saw bersabda, ”Salah seorang di antara kamu sekalian tidaklah sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Individu muslim yang tidak dapat merasakan penderitaan rakyat Palestina patut untuk diragukan keimanan dan ketakwaannya sebab lalai terhadap perasaan sesama muslim.
Karena itu, upaya yang dikerahkan untuk membantu muslim Palestina juga harus sungguh-sungguh. Membantu Palestina tidak cukup dengan dukungan sosial, meskipun cara ini juga bisa membawa dampak baik bagi mentalitas dan semangat muslim di sana namun tidak akan mampu membangkitkan kemenangan atas Palestina.
Satu-satunya solusi untuk membebaskan negara Palestina ialah dengan politik. Kesepakatan gencatan senjata hari ini mustahil akan tercapai jika tidak ada campur tangan politik. Sebab kekuatan politik itu lebih besar pengaruhnya dan lebih ampuh untuk memjatuhkan zionis Israel. Palestina membutuhkan kekuatan politik yang otoriter, adil dan bersih. Meskipun telah terjadi gencatan senjata, namun akan tetap ada kemungkinan penyerangan balik dari kubu zionis terhadap Palestina. Apalagi kewenangan tertinggi saat ini berada di tangan Amerika dengan kepemimpinan serta dukungan yang tidak pasti. Kekuasaan di PBB juga tidak akan selamanya menguatkan Palestina. Selama masih berada dalam sistem kufur maka kemenangan mutlak akan Palestina dan seluruh kaum muslimin sama sekali tidak terjamin.
Selamanya konflik-konflik yang terjadi di tengah kaum muslimin hari ini hanya bisa dituntaskan dengan penegakkan politik. Kekuatan sistem perpolitikan akan membawa wajah baru dan kebangkitan bagi kaum muslimin di dunia. Ini akan dapat terealisasikan hanya apabila kekuatan besar tersebut telah mencul di tengah-tengah umat, yaitu sebuah negara dengan konstitusi Islam.
Sebagaimana Rasulullah SAW dahulu melakukan pembebasan wilayah-wilayah kaum muslim dengan cara berpolitik. Rasulullah merupakan pemimpin kaum muslimin, beliau juga sekaligus pemimpin pasukan jihad dan mengadakan sejumlah perjanjian politik dengan penguasa-penguasa kafir. Sejak masa pemerintahan Rasulullah SAW, kekuasaan Islam mulai melebar dan berdiri tegak hingga akhir masa pemerintahan Turki Utsmani. Dalam jangka waktu itu pun Palestina berada dalam kedamaian negara khilafah.
Pembebasan Palestina yang pada saat itu merupakan bagian dari kekuasaan Byzantium (Romawi Timur) juga dilakukan dengan politik, yaitu pada masa kekhilafahan Umar Bin Khattab pada tahun 638 M atau 16 Hijriyah. Tentara Islam berhasil merebut Palestina yang merupakan kawasan yang tersisa di Timur Tengah. Hal ini menjadi contoh bahwa pembebasan Palestina secara mutlak hari ini juga hanya bisa dilakukan apabila konstitusi Islam sudah berdiri tegak di tengah umat. Hanya khilafah yang mampu memberikan kebebasan dan rasa aman bagi umat manusia tidak terkecuali semesta alam dan isinya, sebab khilafah merupakan konstitusi Islam yang berakar pada pengaturan Allah SWT Tuhan semesta alam. (Republika.co.id)
Contoh tauladan terbaik dalam pergerakan politik umat saat ini ialah Rasulullah SAW. Keberhasilan Rasulullah SAW dalam membangun Madinah tidak bisa dilepaskan dari strategi politik beliau dalam membangun fondasi serta konstruksi masyarakat madani. Konstitusi Madinah yang tertuang dalam Piagam Madinah memuat tentang wawasan kebebasan, kebangsaan, tanggung jawab warga dalam pembelaan negara dari ancaman musuh, dan penguatan serta pemberdayaan komitmen sosial, politik, dan hukum. Masyarakat Islam saat itu umumnya tahu betul bagaimana cara berpolitik dan mengenal tanggungjawabnya dalam pergerakan politik. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya politik inilah yang lebih dibutuhkan untuk mencapai fondasi serta konstruksi yang diinginkan. Dengan persatuan dan kesatuan umat Islam dari segi politik, maka kekuatan besar akan sendirinya muncul di tengah-tengah umat sebagai jalan pembebasan dari segala lini permasalahan umat manusia hari ini.
Dalam urusan politik, Islam telah mensyari’atkan aturan yang paling sempurna dan adil. Islam mengajari umatnya segala yang seharusnya dilakuan dalam berintraksi (muamalah) dengan sesama muslim atau dengan yang lainnya. Dalam peraturannya, Islam menggabungkan antara rahmah (kasih sayang) dengan kekuatan, menggabungkan antara sikap lemah lembut dengan kasih sayang terhadap semua makhluk sesuai kemampuan. Jika dengan lembut dan kasih sayang tidak bisa, maka kekuatan yang dipergunakan, namun dengan penuh hikmah dan keadilan, bukan dengan kezhaliman dan kekerasan. (Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah)
Allah Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾ وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ
“Sesungguhnya Allâh menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allâh melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Dan tepatilah perjanjian dengan Allâh apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allâh sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). [an-Nahl/16:90-91]
Islam telah mengajarkan cara ber-siyâsah syar’iyah(politik syari’at) kepada umat agar hendak ada segolongan dari kaum muslimin yang menyeru terhadap kebaikan, menangani kemaslahatan umat dan melindungi sesama muslim dari permasalahan dan hambatan kaum kafir.
Allâh SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar” [Ali Imrân/3:104]
Dengan sederet permasalahan kaum muslimin hari ini, maka jalan satu-satunya yang bisa kita tempuh ialah berdakwah. Setiap individu muslim diwajibkan untuk berdakwah dan menyeru kepada kebenaran. Salah satunya ialah dengan dakwah politik. Namun sebelum menuju kepada tahap tersebut, alangkah baik bagi setiap individu menyadari pentingnya untuk kembali kejalan yang benar, pentingnya hijrah dan pentingnya memperbaiki diri. Hakikat semacam tadi hanya bisa terealisasikan apabila ada kesungguhan dalam diri kita untuk mendakwahkan agama Allah dan menjadi pejuang di jalan Allah. Barulah dengan persatuan pemikiran dan cita cita dari kaum muslimin akan membentuk kekhasan tersendiri.
Gaya politik Islam sesungguhnya berbeda dengan gaya politik ala Barat. Jalan yang kita tempuh mulanya ialah berdakwah dan menyampaikan dengan lisan secara perlahan-lahan. Menyeru pada yang ma’rufdan memcegah yang mungkar. Kekuatan politik bukan hanya tentang kekuatan individu atau kekuatan satu negara saja seperti dalam pemahaman Barat. Tetapi lebih dari itu, Islam memandang politik sebagai satu kesatuan dari pemikiran, cita-cita, penderitaan, dan tujuan kaum muslimin secara utuh yaitu dengan menebarkan pengaruh Islam keseluruh penjuru bumi dan mencapai ridho Allah SWT barulah kehidupan rahmatan lil alamin dapat tercapai termaksud terlaksananya pembebasan negeri Palestina.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” [an-Nahl/16:125]
Ayat di atas mencakup seruan dakwah yang ditujukan kepada kaum muslimin yang melakukan kesalahan dalam sebagian ajaran agama, juga mencakup juga dakwah kepada orang-orang kafir. Golongan pertama diajak untuk memperbaiki agama mereka, sedangkan golongan kedua diajak untuk masuk Islam yang menjadi sumber kebaikan manusia. “Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah”.
*penulis berasal dari Bima, NTB